Hai semua , Selamat datang di blog saya ini hari ini saya akan membahas tentang Memanfaatkan Kelemahan The Reds dalam Duel Bola Atas biar tidak menunggu lama bacalah artikel di bawah ini :
Memanfaatkan Kelemahan The Reds dalam Duel Bola Atas
Liverpool masih harus menunggu kemenangan pertama mereka di bawah asuhan manajer Juergen Klopp. Bermain imbang dua kali pada dua laga awal Klopp, semalam (25/10/2015) The Reds kembali harus bermain imbang 1-1 melawan tamunya, Southampton.
Satu gol dari Christian Benteke di menit ke-77 mampu dibalas oleh Sadio Mane di menit ke-86. Ini artinya Anfield harus bersabar lebih lama lagi melihat Liverpool meraih kemenangan pertama bersama Klopp.
Tentunya masih terlalu dini untuk menghakimi kinerja Klopp di Liverpool. Klopp sendiri menyatakan bahwa ia bukanlah "miracle worker". Jadi, butuh kesabaran untuk melihat permainan yang sesungguhnya tim ini.
Selain itu juga, masih banyak pemain kunci yang tak bisa dimainkan seperti Daniel Sturridge, Jordan Henderson, Danny Ings, Dejan Lovren, dan juga Joseph Gomez. Klopp masih mengandalkan Divock Origi di depan, sementara Benteke lebih dulu duduk di bangku cadangan.




Liverpool bermain dengan 4-3-3 tetapi mereka terlihat tidak cukup bermain melebar dan beberapa kali pertahanan Southampton mampu meredam serangan mereka yang mudah ditebak. Sementara Ronald Koeman tidak melakukan banyak perubahan dari pekan lalu untuk susunan sebelas pemain utama.

Tekanan Tinggi Liverpool

Salah satu ciri khas permainan Klopp adalah permainan menekan yang terkenal dengan namaGegenpressing. Pada pertandingan semalam, tidak ada yang berubah dari ciri khas tersebut.


[Grafik ball recovery yang dihasilkan oleh Liverpool sebagai buah dari permainan menekan mereka. Sumber:FourFourTwo Stats Zone]

Liverpool secara rajin menekan para pemain Southampton terutama jika mereka sudah melewati garis tengah lapangan (perhatikan gambar di atas). Hal ini terjadi karena setidaknya ada tiga pemain yang ditugaskan untuk menekan lawan, dengan dua mencoba merebut bola, sementara satu pemain lagi membayangi.

Permainan menekan ini membuat Southampton tidak bisa berlama-lama menguasai bola. Sebanyak 43% saja mereka mampu menguasai bola, berbanding 57% penguasaan bola dari Liverpool.

Sayangnya, gegenpressing ala Klopp ini menjadi sia-sia tanpa kemampuan finishing yang baik dari para pemain depan mereka. Khususnya bagi Origi, ia tidak banyak berperan pada pertandingan ini.




Dari gambar di atas, Liverpool memang berhasil mengirimkan 15 buah tendangan, berbanding 8 dari Southampton. Namun, dari tendangan sebanyak itu, hanya 2 saja yang tepat sasaran.

Liverpool sendiri awalnya berusaha membongkar pertahanan Southampton dengan umpan-umpan pendek di depan kotak penalti. Namun Alberto Moreno dan Philippe Coutinho kerap menyia-nyiakan peluang ketika ruang untuk menembak berhasil diciptakan.

Gol yang diciptakan Liverpool sendiri merupakan perubahan dari skema menyerang mereka setelah masuknya Benteke pada babak kedua. Hadirnya Benteke membuat Liverpool lebih sering mengirim umpan silang ke kotak penalti. Dan satu tandukannya berhasil merobek gawang Southampton yang dijaga Maarten Stekelenburg memanfaatkan umpan silang James Milner.

Cara Southampton Mengatasi Tekanan

Sepanjang musim ini Southampton menjadi kesebelasan yang paling konsisten membangun serangan mereka melalui bola panjang dan umpan silang. Mereka tercatat sebagai tim yang paling banyak melakukan umpan silang (25 crossing per game) yang bukan berasal dari bola mati selama 9 pertandingan Liga Primer Inggris.

The Saints juga tercatat unggul dalam duel bola udara dengan memenangkan 21 sepanjang musim ini, yang menjadikan mereka sebagai tim nomor dua dalam hal duel bola udara yang berhasil di Liga Primer. Kombinasi dari long ball, crossing, dan aerial duel di atas adalah formula yang ampuh untuk mengantisipasi permainan lawan yang menekan.


[Grafik bola panjang yang dilakukan oleh Southampton. Sumber: FourFourTwo Stats Zone]

Benar saja, mereka banyak membangun serangan melalui bola panjang (25 long ball berhasil dari 55), mampu menyelesaikan 7 buah umpan silang (dari 21) yang semuanya mengancam gawang Liverpool, dan memenangkan 59% duel udara mereka.

Graziano Pelle dan Virgil van Dijk menjadi dua pemain yang paling berkontribusi pada tingginya angka duel bola udara berhasil Southampton. Pelle memenangkan 50% dari 10 duel bola udaranya (8 di antaranya di sepertiga lapangan Liverpool), sementara Van Dijk 71% dari 6 duel bola udara (2 di antaranya yang berhasil di area Liverpool).

Kelemahan Liverpool dalam Mengantisipasi Bola Lambung

Liverpool sebenarnya tidak perlu khawatir terhadap pendekatan taktik yang dilakukan oleh Koeman melalui bola panjang, karena mereka memiliki Martin Skrtel yang sejauh ini terbukti sebagai bek tengah yang paling unggul berduel bola udara.

Skrtel yang sepanjang musim ini memenangkan 71% duel bola udaranya, semalam harus kalah tiga kali dari lima duel bola udaranya, yang (sudah bisa ditebak tentunya) seluruhnya ia lakukan melawan Pelle. Namun, bukan Skrtel saja yang menjadi sorotan pada pertandingan semalam, melainkan seluruh pertahan Liverpool.




Dari gambar di atas, 6 buah peluang yang The Saints berhasil cetak berasal dari umpan silang. Beberapa kali pemain Liverpool bukan menjadi pemain pertama yang berhasil menyundul bola.

Hal ini terjadi lantaran dua di antaranya adalah karena garis pertahanan Liverpool yang terlalu tinggi (sebagai hasil dari permainan pressing) dan penerapan zonal marking dalam mengantisipasi bola mati.

Bahkan pada gol Mane di menit ke-86, Liverpool kalah duel bola udara tiga kali: (1) umpan James Ward-Prowse kepada Jose Fonte; (2) sundulan Fonte yang mengudara kemudian disundul lagi oleh Gaston Ramirez; (3) akhirnya Mane berhasil mencetak gol dengan menyambut sundulan Ramirez di tiang jauh.

Kesimpulan

Gol sundulan dari Benteke benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu penyerang papan atas di Liga Primer. Liverpool, atau Klopp, tampaknya lambat menyadari bahwa skema umpan silang lebih efektif ketimbang permainan umpan pendek di depan kotak penalti yang sering diakhiri dengan tembakan jarak jauh dari luar kotak penalti.

Keputusan Klopp untuk mengganti Origi dengan Benteke inilah yang menjadi momen awal perubahan pada permainan Liverpool di sepertiga lapangan Southampton.

Tapi, cara Southampton merespon ketertinggalan mereka patut diacungi jempol. Pertandingan tinggal tersisa tidak lebih dari 15 menit, tekanan pun tidak berhenti dari Liverpool. Tapi itu semua tidak membuat Southampton menyerah, mereka mampu melawannya dengan cara yang efektif, yaitu melalui bola panjang, umpan silang, dan keunggulan duel bola udara.

Salah satu pekerjaan rumah bagi Klopp adalah untuk melatih cara Liverpool bertahan menghadapi bola lambung terutama saat bola mati, baik tendangan sudut maupun tendangan bebas.

Southampton menjadi kesebelasan yang lebih puas dengan hasil imbang ini. Sementara untuk para pendukung Liverpool, kami harus kembali ke kalimat awal pada analisis ini: Liverpool masih menunggu kemenangan pertama mereka di bawah asuhan manajer Juergen Klopp. Tengah pekan ini mungkin menjadi akhir penantian mereka ketika Liverpool berhadapan dengan AFC Bournemouth di Piala Liga Inggris..
Dan itulah artikel tentang memanfaatkan kelemahan The Reds dalam duel bola atas. Jika ada kekurangan saya mohon maaf dan terimakasih telah membaca artikel ini sanpai jumpa lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Beauty of Sharing © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top